Selasa, 07 Desember 2010

PRINSIP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH SEBAGAI SARANA KEDIAMAN ALLAH


Ini beberapa renungan harian yang aku dapat dari internet untuk memberkati kita semua, khususnya jemaat Allah yang saat ini mungkin saja sedang membangun/merenovasi Gereja.
Disertakan juga sketsa Bait Allah yang dibangun oleh Salomo dan Tabut Allah.
Selama membaca, Tuhan memberkati :) 

KEDIAMAN TUHAN DAN SARANA BERIBADAH
2 Tawarikh 2:1-18

Siapakah yang layak membangun tempat bagi Tuhan? (6). Pertanyaan ini disampaikan Salomo sebagai ungkapan yang lahir dari kesadaran bahwa sesungguhnya tak seorang pun layak mendirikan rumah bagi Dia. Padahal kita tahu persis bagaimana Salomo merencanakan dan menyediakan bahan-bahan untuk membangun bait Allah tersebut. Ia merencanakan pembangunan tersebut dengan matang (4-5). Ia menginventarisir semua potensi yang ada, baik itu sumber daya manusia, alam, maupun benda-benda lain yang dibutuhkan untuk membangun bait Allah (2,7,8,13,14,17). Bait Allah itu akan dibangun dengan megah (5). Namun mengapa Salomo masih merasa tidak layak untuk membangun tempat bagi Tuhan?

Bagi Salomo, sekalipun rancangannya sangat megah, tetap saja bangunan itu bukan tempat yang layak untuk kediaman Tuhan. Ia sadar bahwa Tuhan Allah terlalu agung dan mulia untuk mendiami bangunan yang didirikan manusia. Ia merasa tidak layak dan tidak mampu untuk membangun tempat yang layak bagi Tuhan. Karena itu dengan kerendahan hati, ia melihat Bait Allah itu hanya layak sebagai tempat untuk membakar korban di hadapan Tuhan (6). Sungguh sebuah sikap yang lahir dari kerendahan hati dan rasa hormat pada Tuhan. Ia tidak berpikir untuk menjadikan pembangunan Bait Allah ini sebagai monument yang mengukuhkan keberhasilan dan kejayaannya sebagai raja Israel. Ia melihat Bait Allah sebagai sarana beribadah kepada Allah.

Sikap Salomo perlu diteladani pengikut Kristus. Memang hampir setiap orang Kristen rindu untuk mendirikan gereja. Ini baik, tetapi perlu dikritisi: apa motivasi dalam mendirikan rumah Tuhan? Apakah murni untuk menyediakan sarana beribadah atau hanya sebagai monumen kejayaan dan keberhasilan? Sebesar apa pun gereja yang kita bangun, semegah apa pun bangunannya akan jadi sia-sia bila hanya dipakai sebagai sarana untuk menunjukkan kemampuan kita, dan bukan sebagai sarana beribadah kepada Tuhan, Allah kita



PRINSIP PEMBANGUNAN GEREJA
2 Tawarikh 3:1-14

Pembangunan Bait Allah di Gunung Moria, di Yerusalem telah dimulai. Ukurannya sangat besar, panjang 27 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 54 meter (1-4). Ruang Maha Kudus dilapisi emas seberat 20 ton (ayat 8). Paku-pakunya terbuat dari emas (9). Permata-permata mahal dipakai sebagai perhiasan. Kayu yang dipergunakan adalah kayu terbaik (5). Pembangunan pun dikerjakan dengan bersungguh-sungguh.

Kesungguhan Salomo membangun Bait Allah tak hanya terlihat dari upayanya menyediakan bahan bangunan yang terbaik dan orang-orang yang ahli membangun. Ia juga seriusmengikuti aturan-aturan yang terdapat dalam Keluaran 26:33-34 (2 Tawarikh 3:8) tentang pembuatan ruang Maha Kudus, Keluaran 25:18-20 (2 Tawarikh 3:10-13) tentang pembuatan kerub-kerub dan Keluaran 26:31 (2 Tawarikh 3:14) tentang pembuatan tabir. Dari sini kita bisa melihat bagaimana Salomo mengembalikan pemahaman umat pada peraturan yang benar tentang peribadatan. Ini penting agar maksud mendirikan tempat ibadah tidak tercermari, sehingga bangsa Israel kembali mendekat pada Tuhan dan beribadah dengan cara yang benar pula.

Hal ini penting untuk kita perhatikan ketika ingin membangun gereja. Tak perlu membangun gereja seperti hasil rancangan Salomo, tetapi kita bisa meneladani prinsip-prinsip pembangunan bait Allah, yaitu memberikan materi, tenaga, dan pikiran yang terbaik untuk pekerjaan pembangunan. Kita juga harus membangun dengan memperhatikan aturan-aturan yang ada. Sekalipun konteks kita saat ini berbeda dengan konteks Salomo, tetapi kita tidak bisa menjadikan pendirian rumah Tuhan dengan menghalalkan berbagai cara. Sungguh ironi bila pembangunan tempat ibadah dimulai dengan sikap-sikap yang melanggar peraturan atau menggunakan cara-cara yang tidak berkenan di hadapan Allah. Memang tidak mudah, tetapi memulai pekerjaan Tuhan memerlukan kejujuran, ketulusan dan kepatuhan terhadap firman Tuhan, sehingga tidak akan mencemari maksud kita untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan.

Sketsa Bait Allah yang dibanguna oleh Raja Salomo
 
Bait Allah rancangan Raja Salomo

Salomo's temple
 
Bait Allah

Tabut Perjanjian bangsa Israel

GREEN SAND PAPI (-_-")

Bukan suamiku namanya kalau gak adaaaa aja kelakuannya... 
Kadang bikin kesel, kadang bikin marah, tapi tidak jarang juga bikin aku ketawa lucu ama kelakuannya...
Sering dia bikin kejutan kecil yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya :)
Pernah satu malam, dia buru-buru pulang dari kantor cuma untuk ngasih aku kunang-kunang yang baru aja ditangkapnya dan dimasukkan ke dalam plastik bening... 
Pernah juga dia sengaja naruh satu butir kelapa di depan kamar, karena tiga hari sebelumnya aku iseng aja sih sebenernya bilang, "papi, pengen kelapa..."
tapi aja juga tuh yang ngeselin, tapi lucu juga sih... 

Jadi begini ceritanya, aku kan ngebatasin konsumsi mie instant, telor dan minuman bersoda untuk alasan kesehatan. Makanya makan mie ada jadwalnya, 3 hari sekali baru boleh makan "mie goreng enak buatan istri tersayang"; begitu suamiku menamai mie goreng buatanku dan istilah itu juga yang dia sebut kalau lagi berdoa sebelum makan, "Tuhan terima kasih buat mie goreng enak yang sudah dimasak sama istriku tersayang", hehehe...
Pernah satu kali saking pengennya makan mie (btw, suamiku itu paling maniak ama yang namanya mie... huufff), tapi belum waktunya, jadi dia ngerayu, semua jurus rayuannya keluar, tapi sorry yeee... gak mempan tuuuhhh... hahaha... trus pas aku keluar kamar untuk ngambil sesuatu di luar kamar, ternyata dia sibuk mendekor tempat tidur kami dengan stock mie kami. Dia jejerin semua mie bungkus demi bungkus di sekitar tempat tidur, trus dia tidur di tengahnya. Bisa dibayangkan kan pas aku masuk kamar lihat pemandangan "gak wajar" itu... hahhaa... kesel, dongkol, tapi juga lucu... :D
Ada aja kelakuannya... Tapi tetap aja dia gak berhasil mendapatkan mie goreng enak istri tersayang :D


Dan, lagi lagi siang ini, sebelum jam makan siang tadi, dia datang ke kantorku hanya untuk ngasih tau kalau dia menemukan sekaleng green sand di tas ransel nya, dan seingatku tas ransel itu terkahir dibawa cuti waktu kami nikah bulan Maret lalu, jadiiiii... itu green sand udah berumur sekitar 7 bulan lebih di dalam ranselnya... o mai gat... please deh papi...


Dia menegaskan kalau itu "tidak expired" dan layak untuk dikonsumsi dalam kondisi dingin... huuufff... 
dan sekarang posisi green sand itu ada di dalam kulkas, siap dalam kondisi layak untuk dikonsumsi (versi suamiku) sepulang dia kerja sore ini... (okay lah papi...)


yah, itulah suamiku... 
suka duka kami lalui bersama dan tidak terasa tanggal 13 Desember nanti genap 8 bulan usia pernikahan kami...
tadi malam sepulang Natal dia bilang kalau dia bahagia memiliki aku sebagai istrinya :)
me too papi :))


***menunggu menghabiskan sore bersama suami dan green sand*** :D


Green sand papi

Senin, 06 Desember 2010

Natal Bersama Karyawan/i di Manuran

Natal tlah tiba... Natal tlah tiba... hurray... hurray... 
(Libur diganti Natal :p )

Tidak terasa ujung tahun 2010 sudah ada di depan mata. Sepertinya baru kemarin aku merayakan Natal bersama keluarga besar suami dalam suasana duka di rumah mertua, karena Bapak mertua kekasihku dipanggil Bapa tepat di hari dimana seharusnya dia bertugas memimpin pujian perayaan Natal Persatuan orang Nias di Tanjung Pinang. Tapi ternyata Tuhan Yesus lebih suka Bapak merayakan Natal dan bernyanyi bersama malaikat di Surga... **miss you Pak!**

Yah... Natal selalu menjadi sesuatu yang istimewa bagi seluruh orang Kristen di seluruh dunia, tidak hanya pas tanggal 25 Desember nya saja, tapi begitu memasuki bulan Desember, suasana Natal itu sudah mulai terasa. Tidak berbeda dengan orang-orang Kristen di sini, di Manuran. Semua mempersiapkan banyak hal untuk merayakan "hari ulang tahun" Tuhan Yesus, yang lahir untuk mati bagi seluruh manusia yang begitu dikasihi-Nya. Mungkin hanya segelintir orang yang merasakan makna Natal itu, tapi semua orang, tanpa terkecuali merayakan "meriah"nya pesta Natal. 

Manuran dengan segala keterbatasan dan kekurangannya mencoba memberikan sesuatu yang indah sebagai kado ulang tahun Tuhan Yesus. Maka Manuran pun disulap bak "istana di negeri dongeng". Bagaimana mungkin? ya iyalah, mana ada pohon pinus yang berbunga pita produksi, mana ada dahan pohon kelapa yang berbentuk ikan dan ketupat (gak mau kalah ama Lebaran!), mana ada tenda kecil yang dikelilingi helai daun kelapa + pita produksi warna warni kalau bukan di negeri dongeng, dan itu jadi nyata di Manuran.

Mungkin kalau dilihat dari dekorasinya akan membuat kita bingung. Ini Natal, Lebaran, 17-an, atau acara Nikahan??? believe it or not, semua dekorasi acara itu "numplek" jadi 1 dalam dekorasi Natal Bersama tahun 2010. Meriah ueeeyyy!!! 
Sepanjang jalan dari depan Laboratorium sudah dipasang umbul-umbul (berdera yang biasa dipake kalau 17-an), nyiur di sebelah kanan jalan (seperti acara nikahan), ornamen ikan dan ketupat (kayak Lebaran) yang menggantung di sepanjang pita produksi yang dibentang memanjang hingga ke tenda depan gereja. Warna hijau, merah, kuning, biru, putih, emas, silver dan banyak lagi berbaur menjadi satu, betul-betul ciri khas orang Papua yang menyukai warna-warna meriah dan kontras. Pokoknya betul-betul beda dengan hari-hari biasa di Manuran yang hanya didominasi dengan warna coklatnya ore.

Salib besar dengan lampu biru kelap kelip sudah menyala sedari sore, dan lonceng sudah di "toki" (dipukul maksudnya) pertama kali jam 6 sore sebagai alarm kalau 1 jam lagi ibadah akan dimulai. jam 7 kurang 15 menit malam aku, suamiku, Elisabeth, mas Dedeth dan Douglas keluar dari mess 12 menuju gereja. sesampai di depan Laboratorium kami disambut warna warni dan kelap kelip lampu yang begitu kontras dengan awan mendung malam itu. Tapi meski demikian tidak menyurutkan langkah kaki jemaat Allah yang rindu merayakan Natal bersama. Sesampainya di depan gereja, kami disambut penerima tamu yang cantik dan ganteng-ganteng, dengan senyum ramah mereka menyerahkan lilin dan lembar tata ibadah natal dan seorang mengiring kami dan menunjukkan tempat duduk di kursi no 2 dari depan untuk kami, tetapi Elisabeth dan mas Dedeth lebih memilih duduk di bangku paling belakang. Dari ujung jendela aku, suamiku dan Douglas duduk berturut-turut. Persis di depan kami ada pohon natal dan palungan yang terbuat dari pohon pisang dan rumput-rumputan, bagus sekali :) aku sempat mengambil gambar nya sebanyak 2 kali.

Acara dimulai tepat jam 19.10 menit, artinya tepat telat 10 menit. Seorang MC cantik, Dina, berdiri di mimbar kecil dan membacakan urutan acara. Kemudian Liturgos ganteng, Pak Wilson, alias Pak Kumis melanjutkan dengan liturgi Natal. Pelayan dan jemaat bersahut-sahutan membaca Liturgi Natal. Dan masuklah ke dalam penyalaan lilin. "Blepp!!!" semua lampu dimatikan, kecuali lampu kelap-kelip di pohon natal dan palungan, dan seluruh jemaat diajak untuk menyenandungkan lagu "Malam Kudus" dengan setengah suara. Begitu hikmat dan menyentuh. Satu-satu perwakilan penyalaan lilin Natal dipanggil oleh MC yang diselengi dengan narasi Natal oleh Sepnath Tauran. Penyalaan lilin pertama oleh Bapak pendeta, berturut-turut wakil pelayan (Welfrit), wakil ASP (Douglas), wakil dari PIM (Pak Anton), dan wakil seluruh karyawan (suamiku). Semua lilin sudah menyala, begitu juga lilin kecil yang ada di tangan seluruh jemaat, kemudian dengan bangkit berdiri kami menyanyikan lagu Malam Kudus dengan suara penuh. Begitu syahdu dan meneduhkan hati.

Firman Tuhan yang dibawakan oleh Bapak Pendeta diambil dari Matius 5 dan Yohanes 1, sedangkan tema Natal sendiri diambil dari Yohanes 1:9 bahwa Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dunia. Firman Tuhan yang disampaikan begitu singkat, sekitar 20 menit, tapi sungguh menyentuh dan relevan dengan kehidupan kami; jemaat di Manuran. Bahasa yang sederhana tapi tepat sasaran begitu memberkati (besok-besok khotbah di Manuran lagi ya pak Pendeta :p ). Persembahan puji-pujian dari tamu undangan pun begitu indah menceritakan kejadian lahirnya Sang Putera Natal ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Dan ketika prosesi persembahan, seluruh jemaat yang sudah diberikan amplop dari panitia, memasukkan ucapan syukur mereka ke dalam palungan yang sudah disediakan di depan altar. Diiringi lagu Gita Sorga Bergema, jemaat berjalan menuju palungan satu persatu dan memasukkan amplop ucapan syukur mereka. 

Setelah ibadah Natal selesai, dilanjutkan dengan sambutan serta pesan dan kesan Natal. Kesempatan pertama diberikan kepada Ketua Panitia Natal. Dan disinilah puncak kelucuan yang terjadi. Ketua Panitia Natal, Om Boni, entah ada dimana, sampai MC turun mimbar untuk mencari si Pak "Ketu", dan begitu ketemu dan maju ke mimbar, eeee... si om Boni malah membacakan laporan dana Natal (berapa duit yang masuk, belanja berapa, dan sisa berapa), kontan saja seluruh jemaat tersenyum-senyum kegelian, dan sebagian malah ada yang tertawa (tapi pelaaannn, kan malyu!). Dengan style-nya yang super PD om Boni bicara, agak lucu karena mungkin tidak biasa menggunakan mic, menambah lucu penampilannya di depan seluruh jemaat. Aku melirik ke arah Bapak Pendeta, dan betul sekali, Pak Pendeta juga tersenyum geli. Setelah om Boni selesai, giliran Pak Pendeta memberikan pesan dan kesan natalnya, singkat dan padat, sepertinya itu ciri khas dari Bapak Pendeta satu ini. Dia mengaitkan antara Natal dan peresmian bangunan gereja yang dilakukan di pagi hari dan berpesan kepada seluruh karyawan untuk tidak menyalahgunakan izin ibadah setiap hari minggu yang diberikan perusahaan. Jadi begini, perusahaan memberi ijin kepada karyawan meninggalkan Manuran untuk beribadah di kampung masing-masing, tapi ternyata sering kali karyawan hanya menjadikan ibadah alasan agar mereka bisa meninggalkan tugas pekerjaan mereka di Manuran dan bersenang-senang di kampung. Salut, berarti Pak Pendeta perhatian sama jemaatnya :)
Setelah Pak Pendeta, selanjutnya Douglas mewakili Pimpinan ASP, dan Pak Yansen mewakili pimpinan PIM.
Dengan berakhirnya pesan dan kesan natal, maka berakhirlah seluruh rangkaian acara Natal Bersama Karyawan/i di Manuran yang dilanjutkan dengan makan makaaaaannn, eh... maksudnya Perjamuan Kasih (biar keliatan orang Kristen nya :D )

Ada yang langsung menyerbu meja makan, ada yang sibuk bersalam-salaman, ada pula yang narsis berpose di samping pohon natal dan palungan... yah, itu kan POTO WAJIB kalau Natal... hahaha...

Malamnya dilanjutkan dengan acara suling tambur (biasa) hingga jam 12 malam. Cuma satu kata yang bisa aku ceritakan tentang suling tambur ini **MENGGELAAARRR** (soalnya aku gak ikut siiihhh, jadi gak tau kondisi di "TKP", hehehhe)

Oke deh... Selamat Ulang Tahun Tuhan Yesus... Selamat Natal Manuran... Semoga Damai Natal mendiami hati kita sekarang dan selamanya... Tuhan Memberkati :)

Minggu, 05 Desember 2010

Pentahbisan Gereja Manuran

Setelah sekian lama beribadah di bangunan gereja yang beratapkan terpal dan beralaskan pasir akhirnya pada hari Senin, 6 Desember 2010 gereja Manuran yang sudah direnovasi, ditahbiskan, alias peresmian, alias gunting pita (pitanya pake pita produksi loohh) :)
Perjuangan panjang anak-anak Tuhan sejak tahun 2006 untuk membangun tempat ibadah yang "layak" akhirnya tergenapi di tahun 2010 ini. Semua ini tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang mengasihi manusia, juga kerinduan anak-anak Tuhan di Manuran.

Aku mendengar sejarah yang mengharukan sekaligus menginspirasi dari perjalanan berdirinya "gereja" di Manuran. Awal dibukanya tambang di Manuran tahun 2006, tidak sekalipun anak-anak Tuhan beribadah di hari Minggu. Hari Minggu dilewati sama seperti hari-hari yang lain, isinya bekerja, bekerja, dan bekerja. Bisa dirasakan bagaimana kondisi iman dan kehidupan kerohanian saudara-saudara kita pada saat itu. Tidak ada persekutuan! Hingga awal tahun 2007 akhirnya beberapa anak Tuhan mulai berkumpul di tenda tukang bangunan (yang sedang membangun mess-mess karyawan waktu itu) untuk beribadah. Tenda yang juga adalah tempat tidur para tukang dijadikan tempat bersekutu. Sebagian duduk di atas tempat tidur, sebagian duduk di batang kelapa, sebagian duduk beralaskan pasir, bahkan ada juga yang berdiri dari awal hingga akhir ibadah. Di dalam tenda terpal kecil yang panas, anak-anak Tuhan memuji menyembah Tuhan, bisa dibayangkan begitu panas dan seadanya kondisi mereka saat itu. Tapi Puji Tuhan yang hidup, kondisi yang seperti ini tidak menurunkan semangat mereka, tetapi justru membuat mereka rindu membuat tempat yang "lebih layak" bagi mereka bersekutu, hingga akhirnya mereka membangun "gereja darurat". Mengapa dikatakan darurat? Karena waktu itu hanya ada bangunan seperti tenda yang dibuat dari batang-batang pohon yang mereka tebang sendiri dan atasnya ditutup terpal bekas. Disana nama Tuhan dimuliakan!
Semakin bertambahnya jumlah jemaat Tuhan di Manuran, tentu saja membuat "gereja darurat" tidak mampu menampung, sehingga secara bersama-sama mereka membangun gereja yang lebih besar dari "gereja darurat", tetapi masih dalam konsep yang sama (batang kayu dan terpal), tapi bedanya sekarang terpalnya baru, karena mendapat bantuan dari perusahaan. Sejak saat itu jemaat dan saya menggunakan rumah ibadah, sampai akhirnya direnovasi seperti sekarang ini. 

Dana untuk merenovasi gereja diperoleh dari hasil penjualan baju kaos. Panitia pembangunan mendesign kaos dan membuatnya pertama di Bandung, kemudian tahap kedua di Sorong dan menjualnya kepada seluruh karyawan di Manuran. Dana yang dibutuhkan sebanyak Rp 75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah). Bisa dibayangkan tentu saja hasil penjualan baju tidak mencukupi. Kemudian kami meletakkan kotak "sumbangan pembangunan" di setiap ibadah dan membuat proposal bantuan dari perusahaan. Puji Tuhan ada juga beberapa jemaat yang secara pribadi menyumbang, baik berupa uang maupun bahan bangunan. Semua yang terkumpul memang belum cukup, tapi itu tidak menyurutkan iman kami, kami terus berdoa dan berusaha. Sedikit demi sedikit kami mulai mencicil pembelian bahan bangunan dan pengerjaan. Semua dikerjakan oleh jemaat, karena kami tidak punya dana untuk membayar tukang. Jadi siapa saja yang sedang tidak bekerja, atau sedang tidak produksi karena hujan (disni kalau hujan tidak produksi), semua bergerak ke gereja untuk mencicil pekerjaan. Pernah kami sampai beribadah di kantin selama 1 bulan, karena gereja harus dirubuhkan untuk pembangunan lebih lanjut. Perlahan tapi pasti gereja kami berdiri. Memang tidak megah bila dibandingkan dengan gereja-gereja di luar sana, tapi kami bangga karena ini adalah hasil kerja seluruh jemaat, buah dari kerinduan untuk beribadah di tempat "yang layak" dan  tentunya campur tangan Tuhan Yesus. 

Hari ini memang gereja sudah di tahbiskan, sudah gunting pita dan sudah terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya, tapi pekerjaan ini belum selesai, kami masih terus berjuang untuk membangun konsistori dan teras gereja, seperti yang sudah direncanakan di awal. Tapi seperti khotbah pentahbisan pagi tadi, apalah gunanya bangunan gereja yang cantik, apabila hati jemaatnya tidak "cantik", semuanya adalah kesia-siaan belaka. Oleh karena itu, kami terus mengaungkan dan mengingatkan seluruh jemaat dan kami sendiri para pelayan untuk tidak melupakan pembangunan "hati dan kehidupan kerohanian" meski disibukkan dengan rencana pembangunan gereja.
Kiranya dengan berdirinya gereja di Manuran ini juga menandakan berdirinya hati anak-anak Tuhan untuk terus terangkat kepada Allah memohon pembaharuan hari demi hari. Tuhan Yesus memberkati kita semua!

Gereja Manuran yang sudah dihias untuk acara pentahbisan/peresmian gereja dan Natal Bersama (maaf foto gereja sebelum direnovasi akan di upload menyusul, supaya bisa melihat perbedaannya)

Ibadah singkat di luar gereja sebelum peresmian dan memasuki gereja

Prosesi peresmian gereja (menuju ke gereja)

Diawali dengan suling tambur oleh pemuda

Para Majelis dan Pelayan berbaris di teras gereja (teras nya belum selesai, belum ada dana)

Pendeta dari Klasis Lingkungan Raja Ampat menggunting pita

Inilah pintu gereja Manuran yang baru (dulunya gereja kita gak punya pintu, jadi plong gitu aja)

Membuka pintu gereja oleh Pendeta Klasis Lingkungan Raja Ampat

Pendeta, Majelis, Pelayan dan Jemaat berturut-turut memasuki gereja

Khotbah (mimbarnya bentuk perahu loh!)

Pujian dari pemuda. Lihat mereka, dengan segala kesederhanaan dan keluguan menaikkan pujian bagi Raja. Haleluyah!

Ketua Panitia Pembangunan Gereja menyampaikan kata sambutan

Ibadah selesai... makan makaaaannn... :)

Pendeta dan pengurus gereja

Yummiee... made in ibu-ibu Manuran looohhh :)

Pemanis (hehehe...) Akyu & Elisabeth

Sekali lagi, Gereja Manuran nih...

Mas Deth & Elisabeth nunggu piggy bakar :p

Agung & Akyu gak mau kalah, nunggu piggy bakar juga! :D

Trio kwek kwek... Happy :) :) :)

(May be the last) Ibadah (ku) di Manuran

Sangat menyenangkan bisa melayani. Senang bisa membuat orang yang kita layani tersenyum senang. Rasanya bahagia sekali. Sebegitu bahagianya bila melayani sesama manusia, lalu bagaimana bila mendapat kesempatan untuk melayani TUHAN ALLAH, Pencipta alam semesta beserta seluruh isinya, termasuk kita-kita ini (manusia)?Bisa dibayangkan yaaa...

Tanggal 28 Nopember 2010, aku kembali mendapat kesempatan yang luar biasa melayani ibadah Minggu di Gereja tercinta kami, di Manuran. Persiapan yang dilakukan selama seminggu bersama rekan-rekan pelayanan sungguh membekas di hati. Ini kala pertama aku melayani lagi setelah Gedung Gereja Manuran direnovasi. Sebelumnya kami sempat ibadah berpindah tempat ke Kantin Manuran, karena Gereja sedang dibongkar habis-habisan. Tapi meski tidak beribadah di Gereja, semangat anak-anak Tuhan yang rindu datang memuji menyembah Tuhan bersama saudara seiman tidak berkurang, malah semakin semangat. Seperti yang sudah aku tulis, semangat anak-anak Tuhan di Manuran sungguh-sungguh dibakar sejak awal tahun 2010. Banyak anak Tuhan yang dulunya tidak ke Gereja, sekarang mulai rajin ke Gereja. Bahkan sekarang banyak yang rindu untuk melayani di Gereja, dengan memberi persembahan puji-pujian. Thanks God.

Seminggu yang ada kami pakai untuk sungguh-sungguh berlatih. Sejarah ibadah di Manuran, belum pernah kantoria (beberapa orang yang memimpin pujian di depan). Ada beberapa alasan aku menggait beberapa anak Tuhan untuk bersama melayani sebagai kantoria, antara lain mengajar mereka untuk melayani di Gereja, mengajar mereka untuk berani tampil, mengajar mereka dan jemaat bernyanyi dengan benar (percaya gak percaya semua lagu, meski sebenarnya itu lagu dengan tempo cepat, tetap aja dinyanyikan begitu lambat oleh jemaat, huuff...) dan ingin berbagi dengan mereka. Malam-malam latihan yang kami lalui tidak hanya berisi latihan semata, tapi kami juga sharing tentang Firman Tuhan. Bahkan ada juga loh yang curhat kalau di kerjaan dia selalu ditanya-tanya mengenai iman percayanya, dengan berbekal pengetahuan pas-pasan dia menjawab, tapi lewat sharing malam-malam itu kami tuntaskan semua. Bahkan timbul ide awal tahun depan kita mau PA. wow!!! Tuhan berkati dan buka jalan buat kami (mohon dukungan doa dari semua teman-teman yaaa...)

Selain mereka bertugas sebagai kantoria, mereka juga memainkan sebuah fragment di akhir khotbah. Sungguh menyentuh, hingga beberapa orang jemaat ada yang menitikkan airmata dan sebagian lainnya menundukkan kepala (entah apa yang ada di pikiran mereka, tapi Tuhan tau!). Para pelaku fragment pun tidak terlewat dari lawatan Tuhan, beberapa terharu dan menitikkan airmata (bisa dibayangkan fisik mereka yang besar dan kekar, berkulit hitam, wajah sangar, suara keras dan kadang agak kasar; menitikkan airmata??? luar biasa Tuhan!) 

Dalam sejarah perjalanan ibadah Gereja Manuran, tercatat bahwa malam itulah ibadah Minggu yang paling lama (2 jam, biasanya malah ada yang cuma 30 menit) dan jemaat terbanyak (89 jemaat), sampai pelayan harus menggotong-gotong bangku dari Kantin. Dan ups, print-an lagu-lagu untuk ibadah kurang. Aku hanya nge-print sebanyak 40 lembar (karena biasanya paling banyak itu 30-an orang). Tapi Puji Tuhan, itu tidak menjadi penghalang untuk jemaat memuji Tuhan dengan semangat. Awal ibadah dibuka dengan pujian baru (sebenarnya itu lagu lama, tapi baru pernah didengar disini), judulnya "Allah itu baik", kemudian dilanjutkan dengan lagu "Dari terbit matahari" dan "Hari ini Harinya Tuhan" (in Indonesia dan in Toraja language, hehehe). Awalnya banyak yang segan dan agak kaku untuk bertepuk tangan dan menggoyangkan tubuh, tapi di lagu kedua, 80% mereka menggoyangkan tubuh (meski agak malu-malu) dan bertepuk tangan. Praise the Lord. 

Tak hanya vocal group dari karyawan/karyawati yang mengisi ibadah malam hari itu, tapi dari masyarakat Rauki pun tidak mau ketinggalan memuji Tuhan. Tidak main-main, mereka benar-benar mempersiapkannya dengan perfect! Dan (itulah Tuhan, selalu bekerja dalam segala hal), tema lagu-lagu yang dipersembahkan pas dengan waktu mereka tampil dan tema khotbah (padahal kita tidak saling tahu loh!). Semua bersukacita, meski kita pulang agak malam (jam 9 malam lewat dikiiiiittt).

Saudara-saudaraku di Manuran dan yang dulu pernah ada di Manuran, teruslah berkarya dalam Tuhan dimana pun kita berada. Ada banyak hal yang Tuhan rindu kita lakukan sebelum Tuhan memanggil kita kembali ke surga, salah satunya adalah MELAYANI Allah dan sesama. Tanpa memandang latar belakang, suku, bangsa, bahasa, warna kulit, pendidikan, peradaban, dan banyak lagi, khususnya di tempat-tempat yang tidak terjamah oleh peradaban. Keselamatan dan kabar sukacita bukan hanya milik orang-orang di kota, bukan hanya milik Gereja yang megah dan jemaat kaya, bukan hanya di tempat-tempat tertentu saja, tapi juga milik saudara-saudara kita yang jauh di pedalaman dan tempat-tempat terpencil, bahkan seperti Manuran ini; yang tidak pernah ada di peta. Lihatlah, begitu banyak anak Tuhan yang haus akan kasih sejati, haus akan kebenaran dan teladan hidup. MAUKAH KITA MELAYANI MEREKA?. Saya minta maaf apabila selama 1 tahun di tahun 2009 melupakan hal ini, tapi Tuhan mengingatkanku lewat peristiwa-peristiwa yang menyedihkan dalam hidupku. Memang Tuhan punya caranya sendiri untuk menegur dan menghajar anak-anaknya yang lari dari rencana-Nya. 

Aku tidak tahu apakah ini pelayanan terakhirku di Manuran atau tidak. Keinginanku dalam waktu dekat akan meninggalkan pulau yang kurang lebih 3 tahun ini aku diami, tapi biarlah rencana Tuhan saja yang terjadi. Kalaupun aku pergi, aku sudah melihat ada orang-orang yang akan dipakai Tuhan untuk menjadi teladan dan pelayannya, bahkan mungkin saja yang tidak pernah kita sangka-sangka akan dipakai Tuhan luar biasa. 
Teman-teman, meski kalian sudah tidak ada lagi di Manuran, tapi bagaimanapun kalian pernah ada di Manuran dan pernah merasakan bagaimana pergumulan pulau ini. Mohon dukungan doanya agar saudara-saudara kita terus bertumbuh di dalam iman percaya mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Sehingga saudara-saudara kita di Manuran ini selalu mempersembahkan hidup mereka yang suci, kudus dan berkenan kepada Allah, tidak hanya itu saja, tetapi mereka tidak mengikuti cara hidup dunia tetapi berubah menurut pembaharuan budi mereka; seperti tertulis dalam Roma 12:1-2 yang menjadi bahan renungan yang aku bawakan di Minggu malam tanggal 28 Nopember 2010. Tuhan memberkati kita semua. Amen.

Para Kantoria --> improvisasi mode on :)

Jemaat di sayap kanan gereja

Jemaat sayap kiri gereja

Pujian dari PAM (lagu bahasa Biak) Thema lagunya mengajak untuk memuji Tuhan

VG. Agape (isinya cewek-cewek uey) judul lagu: Kami Butuh Jamahan Tuhan

VG. BAPA BERMAZMUR (BAPA singkatan dari Batak-Papua),thema lagunya pengharapan

Solo Eden Voice 1, Thema lagunya anak manusia yang hidup dalam kekeringan merindukan kasih dan pengampunan Tuhan Yesus

Fragment, tentang dosa yang merusak dan membuat jurang pemisah antara Allah (paling kiri) dan manusia (paling kanan). Kertas yang dipegang pemain adalah tulisan jenis-jenis dosa, aku mengambil yang sering terjadi di sini (berbohong, mencuri, mabuk judi, menyakiti hati orang lain, berkelahi, nonton film porno dan berzinah)

Solo Eden Voice 2, pujian yang sungguh menyentuh sampai-sampai yang nyanyi dan beberapa jemaat menitikkan airmata. Pujiannya menceritakan tentang fragment yang dibawakan sebelumnya. Ini posisi penyanyi berlutut dan berdoa mengakui segala dosa dan memohon pengampunan dari Allah

VG SADATU (singkatan dari Satu Dalam Tuhan), menaikkan pujian dalam bahasa Biak yang intinya bersyukur

VG Mess 8, bernyanyi dengan musik dari CD. Pujiannya bercerita tentang pengampunan