Selasa, 07 Desember 2010

PRINSIP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH SEBAGAI SARANA KEDIAMAN ALLAH


Ini beberapa renungan harian yang aku dapat dari internet untuk memberkati kita semua, khususnya jemaat Allah yang saat ini mungkin saja sedang membangun/merenovasi Gereja.
Disertakan juga sketsa Bait Allah yang dibangun oleh Salomo dan Tabut Allah.
Selama membaca, Tuhan memberkati :) 

KEDIAMAN TUHAN DAN SARANA BERIBADAH
2 Tawarikh 2:1-18

Siapakah yang layak membangun tempat bagi Tuhan? (6). Pertanyaan ini disampaikan Salomo sebagai ungkapan yang lahir dari kesadaran bahwa sesungguhnya tak seorang pun layak mendirikan rumah bagi Dia. Padahal kita tahu persis bagaimana Salomo merencanakan dan menyediakan bahan-bahan untuk membangun bait Allah tersebut. Ia merencanakan pembangunan tersebut dengan matang (4-5). Ia menginventarisir semua potensi yang ada, baik itu sumber daya manusia, alam, maupun benda-benda lain yang dibutuhkan untuk membangun bait Allah (2,7,8,13,14,17). Bait Allah itu akan dibangun dengan megah (5). Namun mengapa Salomo masih merasa tidak layak untuk membangun tempat bagi Tuhan?

Bagi Salomo, sekalipun rancangannya sangat megah, tetap saja bangunan itu bukan tempat yang layak untuk kediaman Tuhan. Ia sadar bahwa Tuhan Allah terlalu agung dan mulia untuk mendiami bangunan yang didirikan manusia. Ia merasa tidak layak dan tidak mampu untuk membangun tempat yang layak bagi Tuhan. Karena itu dengan kerendahan hati, ia melihat Bait Allah itu hanya layak sebagai tempat untuk membakar korban di hadapan Tuhan (6). Sungguh sebuah sikap yang lahir dari kerendahan hati dan rasa hormat pada Tuhan. Ia tidak berpikir untuk menjadikan pembangunan Bait Allah ini sebagai monument yang mengukuhkan keberhasilan dan kejayaannya sebagai raja Israel. Ia melihat Bait Allah sebagai sarana beribadah kepada Allah.

Sikap Salomo perlu diteladani pengikut Kristus. Memang hampir setiap orang Kristen rindu untuk mendirikan gereja. Ini baik, tetapi perlu dikritisi: apa motivasi dalam mendirikan rumah Tuhan? Apakah murni untuk menyediakan sarana beribadah atau hanya sebagai monumen kejayaan dan keberhasilan? Sebesar apa pun gereja yang kita bangun, semegah apa pun bangunannya akan jadi sia-sia bila hanya dipakai sebagai sarana untuk menunjukkan kemampuan kita, dan bukan sebagai sarana beribadah kepada Tuhan, Allah kita



PRINSIP PEMBANGUNAN GEREJA
2 Tawarikh 3:1-14

Pembangunan Bait Allah di Gunung Moria, di Yerusalem telah dimulai. Ukurannya sangat besar, panjang 27 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 54 meter (1-4). Ruang Maha Kudus dilapisi emas seberat 20 ton (ayat 8). Paku-pakunya terbuat dari emas (9). Permata-permata mahal dipakai sebagai perhiasan. Kayu yang dipergunakan adalah kayu terbaik (5). Pembangunan pun dikerjakan dengan bersungguh-sungguh.

Kesungguhan Salomo membangun Bait Allah tak hanya terlihat dari upayanya menyediakan bahan bangunan yang terbaik dan orang-orang yang ahli membangun. Ia juga seriusmengikuti aturan-aturan yang terdapat dalam Keluaran 26:33-34 (2 Tawarikh 3:8) tentang pembuatan ruang Maha Kudus, Keluaran 25:18-20 (2 Tawarikh 3:10-13) tentang pembuatan kerub-kerub dan Keluaran 26:31 (2 Tawarikh 3:14) tentang pembuatan tabir. Dari sini kita bisa melihat bagaimana Salomo mengembalikan pemahaman umat pada peraturan yang benar tentang peribadatan. Ini penting agar maksud mendirikan tempat ibadah tidak tercermari, sehingga bangsa Israel kembali mendekat pada Tuhan dan beribadah dengan cara yang benar pula.

Hal ini penting untuk kita perhatikan ketika ingin membangun gereja. Tak perlu membangun gereja seperti hasil rancangan Salomo, tetapi kita bisa meneladani prinsip-prinsip pembangunan bait Allah, yaitu memberikan materi, tenaga, dan pikiran yang terbaik untuk pekerjaan pembangunan. Kita juga harus membangun dengan memperhatikan aturan-aturan yang ada. Sekalipun konteks kita saat ini berbeda dengan konteks Salomo, tetapi kita tidak bisa menjadikan pendirian rumah Tuhan dengan menghalalkan berbagai cara. Sungguh ironi bila pembangunan tempat ibadah dimulai dengan sikap-sikap yang melanggar peraturan atau menggunakan cara-cara yang tidak berkenan di hadapan Allah. Memang tidak mudah, tetapi memulai pekerjaan Tuhan memerlukan kejujuran, ketulusan dan kepatuhan terhadap firman Tuhan, sehingga tidak akan mencemari maksud kita untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan.

Sketsa Bait Allah yang dibanguna oleh Raja Salomo
 
Bait Allah rancangan Raja Salomo

Salomo's temple
 
Bait Allah

Tabut Perjanjian bangsa Israel

2 komentar:

  1. Balasan
    1. wah, ada juga yang mampir disini ^^ thanks Ivan pujiannya, tapi sebagian artikel saya adopsi dari berbagai sumber.
      salam kenal yaaa...

      Hapus