Senin, 06 Desember 2010

Natal Bersama Karyawan/i di Manuran

Natal tlah tiba... Natal tlah tiba... hurray... hurray... 
(Libur diganti Natal :p )

Tidak terasa ujung tahun 2010 sudah ada di depan mata. Sepertinya baru kemarin aku merayakan Natal bersama keluarga besar suami dalam suasana duka di rumah mertua, karena Bapak mertua kekasihku dipanggil Bapa tepat di hari dimana seharusnya dia bertugas memimpin pujian perayaan Natal Persatuan orang Nias di Tanjung Pinang. Tapi ternyata Tuhan Yesus lebih suka Bapak merayakan Natal dan bernyanyi bersama malaikat di Surga... **miss you Pak!**

Yah... Natal selalu menjadi sesuatu yang istimewa bagi seluruh orang Kristen di seluruh dunia, tidak hanya pas tanggal 25 Desember nya saja, tapi begitu memasuki bulan Desember, suasana Natal itu sudah mulai terasa. Tidak berbeda dengan orang-orang Kristen di sini, di Manuran. Semua mempersiapkan banyak hal untuk merayakan "hari ulang tahun" Tuhan Yesus, yang lahir untuk mati bagi seluruh manusia yang begitu dikasihi-Nya. Mungkin hanya segelintir orang yang merasakan makna Natal itu, tapi semua orang, tanpa terkecuali merayakan "meriah"nya pesta Natal. 

Manuran dengan segala keterbatasan dan kekurangannya mencoba memberikan sesuatu yang indah sebagai kado ulang tahun Tuhan Yesus. Maka Manuran pun disulap bak "istana di negeri dongeng". Bagaimana mungkin? ya iyalah, mana ada pohon pinus yang berbunga pita produksi, mana ada dahan pohon kelapa yang berbentuk ikan dan ketupat (gak mau kalah ama Lebaran!), mana ada tenda kecil yang dikelilingi helai daun kelapa + pita produksi warna warni kalau bukan di negeri dongeng, dan itu jadi nyata di Manuran.

Mungkin kalau dilihat dari dekorasinya akan membuat kita bingung. Ini Natal, Lebaran, 17-an, atau acara Nikahan??? believe it or not, semua dekorasi acara itu "numplek" jadi 1 dalam dekorasi Natal Bersama tahun 2010. Meriah ueeeyyy!!! 
Sepanjang jalan dari depan Laboratorium sudah dipasang umbul-umbul (berdera yang biasa dipake kalau 17-an), nyiur di sebelah kanan jalan (seperti acara nikahan), ornamen ikan dan ketupat (kayak Lebaran) yang menggantung di sepanjang pita produksi yang dibentang memanjang hingga ke tenda depan gereja. Warna hijau, merah, kuning, biru, putih, emas, silver dan banyak lagi berbaur menjadi satu, betul-betul ciri khas orang Papua yang menyukai warna-warna meriah dan kontras. Pokoknya betul-betul beda dengan hari-hari biasa di Manuran yang hanya didominasi dengan warna coklatnya ore.

Salib besar dengan lampu biru kelap kelip sudah menyala sedari sore, dan lonceng sudah di "toki" (dipukul maksudnya) pertama kali jam 6 sore sebagai alarm kalau 1 jam lagi ibadah akan dimulai. jam 7 kurang 15 menit malam aku, suamiku, Elisabeth, mas Dedeth dan Douglas keluar dari mess 12 menuju gereja. sesampai di depan Laboratorium kami disambut warna warni dan kelap kelip lampu yang begitu kontras dengan awan mendung malam itu. Tapi meski demikian tidak menyurutkan langkah kaki jemaat Allah yang rindu merayakan Natal bersama. Sesampainya di depan gereja, kami disambut penerima tamu yang cantik dan ganteng-ganteng, dengan senyum ramah mereka menyerahkan lilin dan lembar tata ibadah natal dan seorang mengiring kami dan menunjukkan tempat duduk di kursi no 2 dari depan untuk kami, tetapi Elisabeth dan mas Dedeth lebih memilih duduk di bangku paling belakang. Dari ujung jendela aku, suamiku dan Douglas duduk berturut-turut. Persis di depan kami ada pohon natal dan palungan yang terbuat dari pohon pisang dan rumput-rumputan, bagus sekali :) aku sempat mengambil gambar nya sebanyak 2 kali.

Acara dimulai tepat jam 19.10 menit, artinya tepat telat 10 menit. Seorang MC cantik, Dina, berdiri di mimbar kecil dan membacakan urutan acara. Kemudian Liturgos ganteng, Pak Wilson, alias Pak Kumis melanjutkan dengan liturgi Natal. Pelayan dan jemaat bersahut-sahutan membaca Liturgi Natal. Dan masuklah ke dalam penyalaan lilin. "Blepp!!!" semua lampu dimatikan, kecuali lampu kelap-kelip di pohon natal dan palungan, dan seluruh jemaat diajak untuk menyenandungkan lagu "Malam Kudus" dengan setengah suara. Begitu hikmat dan menyentuh. Satu-satu perwakilan penyalaan lilin Natal dipanggil oleh MC yang diselengi dengan narasi Natal oleh Sepnath Tauran. Penyalaan lilin pertama oleh Bapak pendeta, berturut-turut wakil pelayan (Welfrit), wakil ASP (Douglas), wakil dari PIM (Pak Anton), dan wakil seluruh karyawan (suamiku). Semua lilin sudah menyala, begitu juga lilin kecil yang ada di tangan seluruh jemaat, kemudian dengan bangkit berdiri kami menyanyikan lagu Malam Kudus dengan suara penuh. Begitu syahdu dan meneduhkan hati.

Firman Tuhan yang dibawakan oleh Bapak Pendeta diambil dari Matius 5 dan Yohanes 1, sedangkan tema Natal sendiri diambil dari Yohanes 1:9 bahwa Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dunia. Firman Tuhan yang disampaikan begitu singkat, sekitar 20 menit, tapi sungguh menyentuh dan relevan dengan kehidupan kami; jemaat di Manuran. Bahasa yang sederhana tapi tepat sasaran begitu memberkati (besok-besok khotbah di Manuran lagi ya pak Pendeta :p ). Persembahan puji-pujian dari tamu undangan pun begitu indah menceritakan kejadian lahirnya Sang Putera Natal ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Dan ketika prosesi persembahan, seluruh jemaat yang sudah diberikan amplop dari panitia, memasukkan ucapan syukur mereka ke dalam palungan yang sudah disediakan di depan altar. Diiringi lagu Gita Sorga Bergema, jemaat berjalan menuju palungan satu persatu dan memasukkan amplop ucapan syukur mereka. 

Setelah ibadah Natal selesai, dilanjutkan dengan sambutan serta pesan dan kesan Natal. Kesempatan pertama diberikan kepada Ketua Panitia Natal. Dan disinilah puncak kelucuan yang terjadi. Ketua Panitia Natal, Om Boni, entah ada dimana, sampai MC turun mimbar untuk mencari si Pak "Ketu", dan begitu ketemu dan maju ke mimbar, eeee... si om Boni malah membacakan laporan dana Natal (berapa duit yang masuk, belanja berapa, dan sisa berapa), kontan saja seluruh jemaat tersenyum-senyum kegelian, dan sebagian malah ada yang tertawa (tapi pelaaannn, kan malyu!). Dengan style-nya yang super PD om Boni bicara, agak lucu karena mungkin tidak biasa menggunakan mic, menambah lucu penampilannya di depan seluruh jemaat. Aku melirik ke arah Bapak Pendeta, dan betul sekali, Pak Pendeta juga tersenyum geli. Setelah om Boni selesai, giliran Pak Pendeta memberikan pesan dan kesan natalnya, singkat dan padat, sepertinya itu ciri khas dari Bapak Pendeta satu ini. Dia mengaitkan antara Natal dan peresmian bangunan gereja yang dilakukan di pagi hari dan berpesan kepada seluruh karyawan untuk tidak menyalahgunakan izin ibadah setiap hari minggu yang diberikan perusahaan. Jadi begini, perusahaan memberi ijin kepada karyawan meninggalkan Manuran untuk beribadah di kampung masing-masing, tapi ternyata sering kali karyawan hanya menjadikan ibadah alasan agar mereka bisa meninggalkan tugas pekerjaan mereka di Manuran dan bersenang-senang di kampung. Salut, berarti Pak Pendeta perhatian sama jemaatnya :)
Setelah Pak Pendeta, selanjutnya Douglas mewakili Pimpinan ASP, dan Pak Yansen mewakili pimpinan PIM.
Dengan berakhirnya pesan dan kesan natal, maka berakhirlah seluruh rangkaian acara Natal Bersama Karyawan/i di Manuran yang dilanjutkan dengan makan makaaaaannn, eh... maksudnya Perjamuan Kasih (biar keliatan orang Kristen nya :D )

Ada yang langsung menyerbu meja makan, ada yang sibuk bersalam-salaman, ada pula yang narsis berpose di samping pohon natal dan palungan... yah, itu kan POTO WAJIB kalau Natal... hahaha...

Malamnya dilanjutkan dengan acara suling tambur (biasa) hingga jam 12 malam. Cuma satu kata yang bisa aku ceritakan tentang suling tambur ini **MENGGELAAARRR** (soalnya aku gak ikut siiihhh, jadi gak tau kondisi di "TKP", hehehhe)

Oke deh... Selamat Ulang Tahun Tuhan Yesus... Selamat Natal Manuran... Semoga Damai Natal mendiami hati kita sekarang dan selamanya... Tuhan Memberkati :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar