Selasa, 11 Januari 2011

KEGAGALAN SEORANG AYAH


1 Samuel 2
Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakkan orang-orang yang bijak dan bersukacita karena dia (Amsal 23:24)

Kegagalan Eli sebagai seorang ayah mengakibatkan kehancuran bagi keturunannya. Allah tidak bisa membiarkan diri-Nya dipermainkan. Dia menghakimi tanpa memandang bulu.

Sangat ironis bahwa sebagai anak-anak seorang imam, anak-anak Eli justru melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Mereka melanggar batas yang berlaku bagi seorang imam melalui tindakan mereka mencuri apa yang menjadi hak Tuhan (2:12-16) serta melakukan perbuatan tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan (2:22). Kebiasaan tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani peribadatan itu merupakan tiruan terhadap kebiasaan kafir. Di mata Allah dan manusia, Eli telah gagal, baik sebagai seorang imam maupun sebagai seorang ayah. Eli lebih takut kepada anak-anaknya dibandingkan kepada Allah (2:29), sehingga dia tidak berani mendisiplin kedua anaknya dengan semestinya (2:23-25). Sikap Eli tersebut mendatangkan celaka, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi keturunannya (2:30-34).

Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita akan tiga hal: Pertama, seorang ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang bertanggung jawab memimpin anak-anaknya untuk menyembah Allah. Kedua, keberhasilan atau kegagalan anak ditentukan oleh cara seorang ayah mendidik anak-anaknya saat mereka masih kecil. Ketiga, Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari setiap ayah tentang tanggung jawabnya untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya. Walaupun tidak ada seorang ayahpun yang sempurna di dunia ini, tetapi ada ayah yang terus mau belajar menjadi ayah yang baik. Sudahkah para orang tua menghargai tanggung jawab untuk mendidik anak yang diberikan oleh Allah? [EF/P]





Minggu, 09 Januari 2011

DI BAWAH KOLONG LANGIT INI, SEMUA ADA WAKTUNYA

Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal
Ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk menangis
Ada waktu untuk berdiri, ada waktu untuk duduk
Ada waktu menanam, ada waktu untuk menuai
Ada waktu untuk berbicara, ada waktu untuk diam
Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk istirahat
segala sesuatu ada waktunya, begitu kata Pengkhotbah

Ada waktu aku datang, dan aku yakin ada waktunya aku pergi
Ada waktu aku mengalami beban berat ini, dan aku yakin ada waktunya aku dilepaskan
Ada waktu aku menanti sesuatu, dan aku yakin ada waktunya aku mendapatkannya
Ada waktu aku berdoa, dan aku yakin ada waktunya doaku terjawab
Ada waktu aku ditinggal oleh orang-orang yang aku cintai, dan aku yakin ada waktunya aku terhibur dengan hadirnya orang-orang yang aku cintai
Ada waktunya aku terlahir di dunia, dan aku yakin ada waktunya Tuhan memanggilku kembali ke sorga


Untuk segala sesuatu ada waktunya
Tuhan sudah mengatur segala sesuatunya agar menjadi indah tepat pada waktunya
Apabila hari ini engkau bersedih, jangan lupa ada waktunya engkau akan tertawa bahagia
Apabila hari ini engkau tertawa bahagia, jangan lupa ada waktunya engkau harus mengalami kesedihan
Semua dijadikan Tuhan plus minus agar engkau dan saya hidup bergantung kepada-Nya
Karena usaha apapun yang engkau dan saya lakukan untuk mengubah sesuatu tidak akan berhasil apabila tanpa seijin-Nya
Berdoa dan percaya saja apa yang terjadi dalam hidupmu dan ku adalah yang terbaik yang Tuhan berikan


Usaha manusia untuk menjadikan sesuatu dalam hidupnya seperti usaha menjaring angin
Karena Tuhan sudah menetapkan jalan hidupmu dan ku agar hidupku dan hidupku indah


Tuhan memberkati

Ada waktu kita dilahirkan

Ada waktu kita kembali kepada Sang Pencipta

Ada waktu kita tertawa bahagia

Ada waktu kita menangis sedih